• Selasa, 05 Mei 2020

    Perawan Pecinta Bulan Yang Menggenggam Sabar Untuk Menangkap Angin

    Aku menulis itu sebagai sindiran yang tak pernah kau mengerti. Sungguh satu kesia-siaan yang sempurna, seberapa kuat pun kau menggenggam sabar, angin itu tak akan pernah bisa tertangkap. Memang aku tak pernah berani untuk berbicara secara terang-terangan tentang itu, bukan sengaja karena tak peduli, tapi lebih karena aku menghargai keutuhanmu sebagai pribadi, sebagai individu yang bebas berkehendak, berkeinginan, bermimpi dan bersikukuh.
    ...

    Kita bertemu lewat gambar, fotoku ketika usia lalai mendekatkanmu padaku dan aku heran ada perempuan yang seperti itu, aku tak pandai bergaul dengan perempuan. Kau bilang fotoku menggambarkan sesuatu dan kau tertarik untuk mencari tahu. Aku bilang karena kau aneh maka kau mau berteman denganku. Dan akhirnya kita saling tahu, kau suka melukis sedang aku sedang belajar menulis. Menjadi dekat tanpa rencana, mengailr begitu saja Yogyakarta - Tasikmalaya.

    Rupa, warna, goresan, arsiran dan lainnya, kau begitu mahir.

    2015

    Selasa, 13 Desember 2016

    Kepada Yth Mama

    Ma... Tenang-tenanglah Mama disana.

    Anakmu satu-satunya itu Ma, sudah ia arahkan langkahnya kemana ia tuju, pijakan kakinya dimana dia mau. Bukan lagi Jawa, bahkan Papua sudah ia datangi Ma.

    Bukan untuk piknik apalagi sebagai pelarian yang membawa dia ke berangakt tempat itu Ma, tapi rasa peduli terhadap sesama dan keinginannya untuk lembang dan berbagi. Aku yakin ia belajar dari Mama.

    Desember awal anakmu itu akan memasuki pedalaman Papua. Kaget, khawatir dan bingung mengetahui hal itu Ma. Di Papua sana Mamaku sayang, tanggal 1 Desember dianggap hari "kemerdekaan" mereka, harinya OPM, organisasi pemberontak orang-orang bilang. Menurut sebagian orang, orang asing atau pendatang sebaiknya tidak berada Disana untuk keamanan mereka sendiri.

    Jangan Mama kira aku diam saja. Tidak, aku tidak diam Ma, aku peringatkan dia lewat pesan yang kukirim, walau aku tahu mungkin dia tidak akan peduli sama sekali, bukan karena isi pesannya, terlebih karena aku yang mengirimnya. Aku hanya bisa berharap dan berdoa semoga ia terhindar dari hal-hal buruk.

    ***

    Mama...
    Mamaku yang mungil dan murah senyum.
    Anakmu Ma, anakmu yang gembrot dengan gigi rapih itu tadi sore membalas pesanku. Tenang rasanya tahu dia dalam keadaan baik tanpa kurang sesuatu apapun, malah lebih semangat rupanya dia. Mengajar anak-anak PAUD di pedalaman Papua sana. Iya Ma, kami sempat berbincang walaupun kaku seperti biasanya. Tak apa, tahu dia dalam keadaan baik itu sudah cukup, selebihnya memang buat dia sendiri dan suaminya tentu saja.

    Sekian dulu suratku Ma.... Doa kami untuk ketenangan dan tempat yang lapang buat Mama disana.


    Bdg, 6 Des 2016



    PS: Dia masih melukis Ma :)

    Senin, 09 Mei 2016

    MENG(G)ENANG

    Lukalukaku
    dari cerita yang tak lagi bergulir
    enggan kembali ke hulu
    dan tak bisa ke hilir

    Let You GO

    Let You Go

    Dara berdiri saja
    dan si pria berjalan juga
    angin meliukkan rambut mereka
    mendinginkan mata dada mereka
    banyak kata
    banyak rasa
    terbujur kaku di mulut mereka
    dara berdiri saja
    dan si pria berjalan juga
    dara menatap tak rela
    sedang si pria tak menengok juga
    berlalu begitu saja
    dara berdiri saja
    dan si pria berjalan juga
    ada cinta
    jauh di belakang mereka
    ada luka
    merapat di punggung mereka
    dara berdiri saja
    dan si pria berjalan juga


    2009

    Kamis, 29 Januari 2015

    Pada Kantung Matamu

    Pada Kantung Matamu


    pada kantung matamu rinduku bersemayam

    jarak dan hasrat menetes di matamu

    sore nanti aku berharap

    kebahagiaan mengeluarkan airnya dari matamu

    menyambut pertemuan kita dan

    menggantinya dengan rindu yang baru

    karena rindu yang lama hanya akan keluar

    dibarengi dengan isak dari tangismu

    bukan tangis bahagia

    tapi rindu yang mati bosan